sumber gambar : merdeka.com
Dewasa ini jumlah kendaraan di Indonesia khususnya mobil naik hingga 10 sampai 15 persen per tahunnya, atau setara dengan satu juta unit. Daerah di indonesia yang penduduknya paling banyak menggunakan mobil adalah Jakarta. Karena mobil dianggap sebagai sarana transportasi yang cukup efisien dan bergengsi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia terkhusus di Jakarta .
Mobil sudah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat perkotaan khususnya di ibukota. Namun karena besarnya jumlah beredar mobil dan kendaraan bermotor lainnya, mengakibatkan semakin sedikit lahan kosong yang berada di ibukota digantikan lahan parkir untuk mobil dan sepeda motor yang semakin meluas. Hal ini menyebabkan kurangnya ruang gerak masyarakat, sehingga terjadilah masalah kemacetan yang tiap tahunnya menjadi paradoks yang dianggap biasa saja bagi sebagian penduduk di ibukota, meski sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Menurut perhitungan Bappenas kerugian yang diakibatkan dari sisi keuangan mencapai 100 triliun per tahun untuk mengatasi masalah kemacetan, namun belum tampak perubahan yang berarti. Hal ini diakibatkan karena konsumsi kendaraan sebagai sarana transportasi masyarakat semakin tinggi. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang menggunakan angkutan umum atau jasa lainnya yang sebenernya lebih efisien.
Masalah lainnya yang timbul akibat membludaknya jumlah kendaraan tidak ramah lingkungan di ibukota adalah pencemaran udara. Kendaraan khususnya mobil atau pengangkut barang yang menggunakan solar dan minyak, mengeluarkan limbah asap yang mengandung karbon dioksida saat beroperasi. Maka tidak kaget apabila Indonesia menjadi penyumbang emisi karbon tertinggi keenam dunia diantara Negara penyumbang emisi karbon yang dirilis oleh World Resource Institut (WRI). Genap sudah rekor Indonesia menjadi penyebab kerusakan lingkungan.
Menyoroti hal ini, mentri perhubungan mulai gencar membangun infrastruktur transportasi seperti LRT, karena dianggap biaya untuk membangun LRT lebih kecil dibandingkan kerugian yang sudah dikeluarkan untuk mengentaskan kemacetan di ibukota. Biaya pembangunan yang dihabiskan untuk membangun LRT adalah sekitar 11,9 triliun untuk rute setara dengan 42,1 km, ini sangat efektif untuk menjadi alternatif masyarakat.melakukan aktivitas ketimbang harus berurusan dengan macet yang tak kunjung sirna.
LRT merupakan kendaraan berbasis rel yang ramah lingkungan berjumlah 3 gerbong. LRT sendiri hampir mirip dengan kereta atau MRT hanya saja jumlah gerbongnya lebih sedikit, namun mampu memuat hingga 24 ribu penumpang setiap harinya, dan terdiri dari 60 set. Untuk harganya sangat ekonomis dan terjangkau.
LRT Jakarta memiliki teknologi canggih yang dapat membuat kereta melesat dengan aman dan luwes mengikuti kontur jalan trek bahkan pada tikungan tajam radius 40 meter. Sehingga penumpangnya dapat menikmati perjalanan dengan nyaman. Dari kemampuan tersebut LRT Jakarta sesuai dengan prinsip ekofisiensi, dimana sangat ramah lingkungan.
Melihat dari masalah-masalah yang sudah menjadi paradoks di Negara kita, pengembangan transportasi ramah lingkungan sangat penting diprioritaskan, dan peran pemerintah dalam membangun infrastruktur seperti LRT merupakan sesuatu yang tepat.
Di sebagian besar negara maju, LRT digunakan sebagai transportasi utama dan sulit ditinggalkan karena ramah lingkungan dan efisien. Melihat negara-negara maju yang memiliki sistem transportasi dan teknologi yang baik, dapat menjadi kiblat bagi bangsa Indonesia untuk mencapai pembangunan yang berhasil khususnya dalam hal transportasi, serta mewujudkan sistem transportasi yang ramah lingkungan melalui LRT.
Peran pemerintah untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan menjadi salah satu pendorong LRT dapat berkembang dan semakin terdepan di negara-negara maju. Dan di asia tenggara sendiri, LRT dapat ditemukan di Singapura dan Malaysia, masyarakatnya banyak menggunakan kemudahan fasilitas ini untuk beraktivitas seperti bekerja sedangkan anak-anak sekolah menggunakan bus, atau sepeda pancal.
Namun, bila kita melihat realita yang ada di Indonesia, masyarakat cenderung apatis terhadap perubahan dan gejolak jaman, serta seringkali menutup mata terhadap kemungkinan buruk yang bisa terjadi di masa depan, apabila secara terus-menerus masih memiliki minat yang besar mengoleksi transportasi pribadi seperti mobil maupun sepeda motor.
Dalam waktu yang singkat saja, kendaraan pribadi dapat menukik tajam angkanya dari tahun ke tahun, bukan tidak mungkin, lama kelamaan apabila masalah ini masih dibiarkan, akan menutup akses jalan, dan tidak ada kendaraan yang dapat bergerak sama sekali.
Ini menjadi suatu masalah yang amat memprihatinkan dan mengancam masa depan bangsa. Apabila transportasi terhambat, maka laju perkembangan, pertumbuhan ekonomi nasional tidak akan berjalan baik, justru akan mengikis APBN dan menimbulkan defisit yang memerosotkan kekayaan negara untuk megentaskannya, akibat masalah kemacetan serta polusi dari kendaraan yang tidak ramah lingkungan. Tentu saja akan lebih rumit untuk menyelesaikannya secara cepat.
Analisis mengenai dampak lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui sebesar apakah masalah kemacetan dan polusi yang terjadi selama bertahun-tahun di Indonesia khususnya daerah Jakarta. Kemudian dari analisis AMDAL barulah pemerintah menentukan kebijakan yang akan dilaksanakan demi tercapainya pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan sendiri berarti membangun dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan melihat generasi yang akan datang, bukan malah menghabiskannya atau merusaknya.
Ini tentu saja menjadi masalah bersama, bukan hanya perorangan. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama, membangun itikad baik, bukan saling salah-menyalahkan, namun mencari solusi yang terbaik untuk mengikis perlahan-lahan dampak yang ditimbulkan, agar tidak melebar kemana-mana.
Salah satu solusi yang bisa dilaksanakan dalam jangka pendek, namun berdampak di masa yang akan datang, adalah mengubah pola transportasi sehari-hari menggunakan LRT. Dengan begitu, angka kemacetan dan polusi akan berkurang drastis. Pemerintah perlu mengalokasikan dana untuk membangun LRT agar merata di seluruh wilayah Indonesia, supaya tidak hanya warga dengan penduduk padat saja yang bisa merasakan manfaat dari LRT, namun seluruh rakyat Indonesia berhak menikmati fasilitas yang sangat efisien dan ramah lingkungan ini.
Namun karena pola pikir masyarakat yang masih belum berubah, fasilitas LRT tidak dimanfaatkan dengan baik, hal ini dibuktikan LRT sepi pengunjung sejak awal dirilis atau dibuka. Masyarakat sudah terlanjur nyaman dengan kendaraan pribadi mereka, karena dianggap praktis dan tidak perlu ribet saat mau bekerja atau bepergian
.
Pola pikir tersebut yang perlu diubah. Pemerintah bisa membuat undang-undang mengenai jumlah kendaraan yang boleh dimiliki satu keluarga, atau bisa melakukan tindakan preventif agar jumlah kendaraan yang menyebabkan polusi dan kemacetan dapat turun drastis dengan cara mengajak dan sosialisasi agar masyarakat mau menggunakan fasilitas umum yang tersedia.
Adanya LRT di Jakarta seharusnya membawa dampak positif bagi masyarakat terkhusus mengurangi kemacetan dan polusi. Karema LRT juga merupakan transportasi yang cepat dan nyaman, serta mampu menghubungkan costumers ke daerah-daerah yang masih mengalami kemacetan, khususnya JABODETABEK.
Dengan adanya transportasi ini, masyarakat bisa menghindari kemacetan dan mengubah paradoks tersebut, ketimbang harus berlama-lama di jalan raya dengan peraaan gelisah dan lelah, apalagi selepas melakukan pekerjaan berat atau sedang dikejar deadline.
Pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan anggaran yang bisa dibilang sia-sia saja tiap tahun, akibat kemacetan yang terjadi. Cukup dengan membangun infrastruktur transportasi LRT di seluruh wilayah Indonesia. Maka akan memberikan dampak yang besar dan terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas dari kemacetan.
Kesimpulannya, LRT merupakan sebuah jalan yang sudah tersedia sejak 2015 lalu, dan ini merupakan awal yang baik untuk mengentaskan masalah-masalah mengenai kemacetan dan lingkungan yang semakin kotor dan tidak sehat. LRT merupakan kiblat transportasi ramah lingkungan dan mampu membawa Indonesia lebih maju kedepannya.
Oleh : Kelvin Wijaya